Siapa yang tidak kenal Korea Selatan? Negara gingseng ini mendunia berkat dunia hiburannya, baik itu Kpop, lifestyle, drama bahkan filmnya. Ternyata ada lagi koreanwave yang mulai merambah di Indonesia, loh!
Salah
satu hal yang menarik perhatian adalah kemunculan buku-buku self imrpovement
terjemahan korea selatan yang kini mulai banyak berjejer di toko buku. I Want
to Die but I Want to Eat Toppoki adalah salah satu buku esai yang cukup populer
dan mendapatkan rating 3,7 di goodreads. Buku ini berisi percakapan antara
seorang Baek Sehee direktur media sosial dengan seorang psikiater tentang
dirinya yang merasakan gangguan depresi.
Buku-buku
self improvement lain Korea Selatan ternyata telah banyak diterjemahkan ke
dalam bahasa indonesia, loh! Meski terjemahan, bahasa yang digunakan cenderung
tidak kaku dan mudah dipahami. Buku-buku ini akan membantu kamu untuk merawat
kesehatan mental, pengembangan dan pengenalan diri, dan mungkin bisa jadi teman
kala kamu sedang sendirian. Berikut beberapa judul buku self improvement
terjemahan Korsel paling laris yang harus kamu baca.
1. Ketika Aku Tak Tahu Apa
yang Aku Inginkan
Rekomendasi buku self improvement pertama adalah esai yang berjudul Ketika Aku Tak Tahu Apa yang Aku Inginkan karya Jeon Seunghwan. Seperti judulnya, buku ini membahas tentang menusia yang terlalu sibuk mengejar sesuatu sampai tak tahu apa yang benar-benar ia inginkan.
Buku ini dibagi menjadi 4 bagian: mengenal perasaan kita,
mengenal waktu kita, mengenal hubungan-hubungan kita dan dunia kita. Jeon
Seunghwan berhasil menyentuh perasaan pembaca dengan selalu memahami apa yang
dirasakan dan memberi jawaban atas masalah yang dialami. Buku ini juga ngasih
banyak rekomendasi bacaan lewat kutipan-kutipan yang inspiratif. Buku ini
sangat cocok buat kamu yang merasa isi kepala penuh padahal sedang nggak
melakukan apa-apa.
“Jangan terburu-buru ingin menemukan jalan keluarnya. Kau tak akan bisa mendapatkan jawabannya meski berusaha sekeras apa pun. Sebab, kau belum pernah secara langsung mengalami jawaban itu. Suatu hari nanti tanpa kau ketahui, kau akan menyadari kau telah hidup di dalam jawaban itu sendiri.”
2.
Bukannya Malas, Cuma Lagi
Mager Aja
Buku kedua adalah karya dari Dancing Snail tentang keluh kesahnya menjalani kehidupan yang melelahkan. Buku ini cukup berbeda karena Dancing Snail menambahkan bumbu-bumbu komedi lewat ilustrasinya yang simple. Masalah yang diangkat juga cukup ringan dan milenial banget.
Masalah sehari-hari kayak sering capek walau nggak
ngapa-ngapain, ngerasa hampa dan nggak berguna, pingin produktif tapi juga
mager. Klasik khas milenial banget. Karena itu, buku ini lebih seperti teman
seperjuangan dan mengerti banget apa yang kita rasakan. Bahasa yang digunakan
juga easy going dan gaul banget. Cocok buat bacaan ringan, menghibur, namun
juga inspiratif.
3. Hidup Apa Adanya
Hal menarik dari buku ini adalah ternyata buku ini pernah di-spill sama Jungkok BTS, loh! Buku yang bertema ‘Self-Love’ ini, memberikan banyak relevansi masalah dalam hidup yang ternyata nggak orang indonesia aja yang ngerasain, di korea juga gak beda jauh.
Mencintai diri sendiri itu sebenarnya hal yang mudah, tapi
jadi susah karena kita hidup di lingkungan yang kebanyakan menuntut. Kita nggak
bisa menyenangkan semua orang, maka dari itu kita harus menyenangkan diri
sendiri. Kim Suhyun meyakinkan kita untuk mengakui dan menerima apapun perasaan
yang dirasakan diri sendiri. Memendamnya hanya akan membuat kita merasa
dieksploitasi dan bikin stress!
Buku ini juga dilengkapi ilustrasi-ilustrasi yang eye-catching. Cocok banget baca buku ini
sambil dengerin lagu Love Myself-nya BTS.
4. Nyaman Tanpa Beban
Buku ini ditulis oleh penulis yang sama dari buku Hidup Apa Adanya, Kim Suhyun. Tagline buku ini adalah “Panduan untuk Hidup Nyaman di Tengah Hubungan yang Rumit.” Kesimbangan antara hubungan pribadi dengan orang lain, kepercayaan, batasan diri, serta persetujuan sangat penting dalam hidup.
Kehangatan, ketulusan, dan tutur kata yang santun berhasil
membuat hati berasa tenang karena pusing sama kehidupan yang rumit. Kim Suhyun
mengingatkan kita bahwa begitu panyak hal tentang kehidupan yang kita lupakan
saat tumbuh dewasa karena terlalu fokus pada masa depan dan pada apa yang
‘harus’ dilakukan. Bertindak dan bergerak dengan kecepatan tanpa tekanan dan
tidak bersikap keras pada diri sendiri akan menjadi sebuah kenyamanan dalam
hidup.
“Setiap momen yang telah berlalu adalah pencapaian terbaikmu. Kamu sudah berusaha keras untuk hidup.”
Komentar
Posting Komentar