Hal yang paling menyakitkan saat
ini adalah, aku harus melanjutkan ceritaku meski tokohnya bukan lagi kamu. Aku
harus membuat kerangka baru dengan informasi yang bukan lagi tentang kamu. Ini
melelahkan namun tidak ada lagi yang bisa aku lakukan kecuali melanjutkannya. Yaitu bab baru dengan ‘Pasrah’ sebagai kata awal pembuka.
Awalnya aku bingung bagaimana
mengakhiri jalan ceritaku denganmu. Namun sepertinya kamu sudah menyiapkanya
lebih dulu. Benar, cerita ini kita rangkai bersama jadi kamu punya andil juga
untuk mengisinya. Aku ingin menghapus epilog itu, namun sepertinya cerita itu
ditulis dengan tinta permanen. Jadi sekarang giliranku untuk membuatnya menjadi
sebuah buku yang hanya bisa dibaca dan diingat kembali?
Komentar
Posting Komentar