Ketika kalian sudah berada di umur dua puluh tahun.
Di tahun ini kalian akan merasa “aku sudah tidak remaja lagi”
namun dilain sisi kalian belum merasa pantas untuk disebut dewasa.
Tua. Mungkin iya.
Belum juga ada konflik besar yang membutuhkan banyak sekali
pertimbangan untuk penyelesaiannya, namun sudah merasa bingung akan kedepannya.
Selalu bingung untuk mengarahkan masa depan mau ke mana.
Bukanya bergerak, malah terlalu pasif untuk memikirkan segala hal . atau mungkin
beberapa sudah pesimis akan masa depan yang bahkan belum terjadi.
Di umur ini segala hal menjadi abu-abu. Bahkan lebih abu-abu
dan mengkhawatirkan. Seolah umur ini adalah patok utama akan kemana masa depan
kita.
Atau bisa jadi umur ini adalah umur dimana kita merasa salah
memilih saat dulu remaja.
“Ah seharusnya aku tak memilih ini.”
“Ah seharusnya aku dulu ikut orang tua”
“Ah seharusnya dulu aku memperjuangkan impianku”
Beberapa hal membuat kita menyesal dan merasa gagal menjadi
seseorang berumur dua puluh tahun. Penyesalan yang membuat kita tidak semangat
dalam menjalani umur menuju dewasa.
Umur dua puluh tahunan membuat seolah semua menjadi sangat
cepat, dan hanya kita yang melambat. Teman-teman yang sudah menikah dan punya
anak. Sedang beberapa pacaran saja belum pernah. Teman kuliah yang sudah pandai
berbisnis dan punya banyak isian di CV. Sedang kita lulus tepat waktu saja
bersyukur.
Sangat ingin membanggakan namun belum ada impian yang
digenggam.
Ketika beberapa mimpi gagal seolah-- bisa menjalani hidup saja
bersyukur.
Jika kalian merasa seperti itu, maka kebanyakan orang
diumur dua puluh tahunan juga akan merasakannya.
Namun, yang membedakan adalah bagaimana mereka melewatinya.
Bukan hanya memperjuangkan sebuah impian, namun juga soal
bagaimana kita bisa menerima keadaan.
Karena jujur saja, manusia cenderung punya banyak mimpi yang
berujung dilepas karena keadaan.
Tapi tersenyumlah, akan tumbuh impian baru walaupun keadaan
memaksa untuk melepas. Dan kesempatan untuk meraih impian itu akan tetap sama
meskipun akhirnya berbeda.
Karena yang mengantarkan kita bahagia bukan impian kita
Tapi tentang perjalanan selama kita meraihnya.
Maka lakukanlah.
Mengejar impian dan melaksanakan kewajiban.
Beberapa impian mungkin terlepas, beberapa kewajiban mungkin memuakkan.
Beberapa impian mungkin tak kunjung diraih,, beberapa kewajiban mungkin mengesalkan.
Karena kita nggak tahu, apakah impian atau kewajiban yang menjadi stasiun kita.
Tapi kita tahu, kalau hanya diri kita yang mampu membawa ke stasiun yang akan kita tuju.
Komentar
Posting Komentar