Hai.
Semesta.
Pernah ga sih kalian, setelah sekian lama, tiba-tiba sadar
banget. sadar sama, ya sama semua konspirasi semesta. Mmm, mungkin ini terlihat
norak dan menjijikan ya. Kok aku curcol di blog sih. but no prob mungkin gak aka
nada yang baca juga kecuali aku.
Aku suka sama temen cowok aku sendiri. Dia, yah yang sering
kalian denger soal friendzone. Gimana perlakuan si lelaki, gimana lelakinya ke
kita. Yah ga jauh beda antara teori dan prakteknya menurutku. Tentu saja, itu
menyakitkan. Kalau sekarang 2019 terhitung sudah 4 tahun menjelang aku memiliki
rasa sama dia. Iya, aku bener-bener suka sama dia.
Tapi, baru tadi. Dia VN aku. Oke, dari sekian banyak teman
ceweknya, hanya aku yang benar-benar dia kasih perhatian lebih. I mean ga
kelbih-lebih banget sih. ya dari sekian banyak temen cewek, bahkan yang dulu
dia pernah deket banget, aku adalah cewek yang lebih sering dia VN. Selain pacarnya
tentunya. Tolong bedakan.
Tapi, baru aku bener-bener tahu tadi. Sorot matanya,
kelakuannya. Mengisyaratkan benar-benar bahwa, dia gak pernah bisa nganggep aku
sebagai wanita. Dia gak akan bisa memandang aku sebagai wanita yang patut
dicintai. Enggak, bahkan aku bener-bener baru menyadari kata-kata dia dulu,
“Pokoknya kamu gak boleh suka sama aku”
I mean, dulu mungkin gue masih bego banget. ya gue kira Cuma
kata2 doang. Tapi sekarang aku bener-bener nyadar. Apa maksud dari kata-kata
itu.
Bener banget, dia emang udah memilih aku sebagai temannya. Teman
dalam tanda kutip. Bukan hanya temen cewek biasa. Dan dia akan selamanya
nganggep aku kek gitu. dia bener-bener gak mau ngerusak pertemanan kita yang
udah tolol ini jadi sesuatu yang mungkin akan berujung menyakitkan. Dia benar-benar
berharap aku adalah wanita yang tidak ingin dia sakiti.
Aku bener-bener gak tahu, apakah aku harus senang atau
sedih. Dilain sisi, ketika akhirnya aku menyadarinya aku bener-bener bersyukur,
aku bukan bagian dari cewek-cewek yang dia mainin. Namun dilain sisi, aku benr-benar
ingin, dia bukan Cuma memandang aku sebagai Tata, tapi juga sebagai wanita yang
ia cintai.
Namun, tahu gak saat aku akhirnya nyadar? Aku Cuma, berfikir
bahwa, waw. Emang luka itu gak bisa serta merta tersenyum dengan cepat. Gak bisa
hanya soal menyembuhkan luka. Tapi luka tersenyum juga bagian dari gimana luka
itu bisa menjadi suatu pelajarn buat kita, gimana luka itu akhirnya menyadarkan
kita atas semua konspirasi semesta. Semua rencana Tuhan. Kenapa Tuhan
mengirimkan dia, dan bagaimana kita di mata seseorang tersebut. Ternyata luka
bukan hanya soal kesakitan. Luka adalah soal bagaimana kita menyadari apa arti
kita hidup untuk orang lain.
Komentar
Posting Komentar