Mereka Terlalu Normal Untuk Diriku yang Upnormal



Aku sadar, aku meman bukan tipe anak-anak alim semasa SMA. bahkan bisa dibilang aku ini tipe anak-anak bandel. Suka tidur kalau pelajaran, suka towaf sekolah karena ga betah sama pelajaran yang bikin ngantuk, suka jailin guru, suka ngeblong sambil nongkrong sama pak bon sekolah, bahkan bangku pun aku duduk nomor 2 paling belakang, kanan kiri depan belakang anak laki-laki semua.

Maka dari itu, semenjak aku akhirnya diterima di fakultas MIPA UGM rasanya kehidupanku berubah drastis. SANGAT! Gimana enggak, aku yang dudlu ditempatkan di kelas paling bandel, sekarang harus menghabiskan waktuku dikelilingi oleh orang-orang alim-alim. Bahkan fakultasku sendiri dijuluki sebagai serambi UGM.

Memang tepat kala aku memutuskan untuk berhijab, karena sebelumnya, saat SMA kalian tahu sendiri gimana aku, aku gak mengenakan kerudung. cocok banget sama tingkah aku yang pecicilan dan tolol karatan. Tapi sejak aku berkerudung + ditempatkan di serambi UGM ini, rasanyaaa..

Aku bukan jadi aku.

Iya, ada waktu dimana aku memang ngerasa tenang banget. Siapa yang gak tenang kalo urusan agama. Apalagi kalo diserang tugas+ujian yang susahnya minta ampun, kata-kata mutiara "Tenang, IPK bukan jadi pertanyaan kubur." adalah senjata ampuh untuk menenangkan hatiku. Urusan duniawai serasa ga terlalu penting dan kita kudu harus wajib mengejar akhirat.

Namun, dibalik kebaikan yang Tuhan telah limpahkan padaku, ada waktu diman aku rindu diriku. Aku yang bandel, aku yang jail, aku yang ketawa-ketiwi, aku yang tolol dengan teman-temanku SMA yang lebih tolol, hal-hal goblok lain yang sering banget aku lakuin dulu waktu SMA. Aku rindu diriku. Aku rindu teman-temanku. Aku rindu ketololanku. Karena emang, temen-temenku si kulyah bener-bener alim banget, sumpah. Saking stressnya aku disini karena temen-temenku pada baik semua, jadi jiwa-jiwa tolol ini melolong ingin segera di tololkan.

Sayangnya gak ada yang bisa mengimbangi otak pentiumku ini. mereka terlalu cerdas, mereka terlalu dewasa, mereka terlalu manusia. Aku sering merasa sendiri, dan asing, karena memangn jiwa tololku ini gak pernah bisa menyeruak.

Mereka terlalu normal untuk dirku yang upnormal.


Komentar